
Oleh : Deska Irnan Syafara
Sekretaris PWI Kalimantan Barat
Adzan Subuh berkumandang merdu di Masjid Raya Mujahidin, Pontianak, Kalimantan Barat, saat Toyota Fortuner yang saya kemudikan tiba halaman parkir masjid pada Selasa, 9 Juli 2024.
Kundori, Ketua PWI Provinsi Kalimantan Barat terpilih bersama tiga pengurus harian dan satu staf PWI Pusat berlari-lari kecil ke arah bangunan utama Masjid Raya Mujahidin untuk mengambil air wudhu.
Ketiga pengurus harian PWI Pusat itu adalah Zulmansyah Sekedang (Ketua Bidang Organisasi), Sayid Iskandarsyah (Sekretaris Jenderal) dan Firdaus Komar (Direktur Uji Kompetensi Wartawan) serta seorang Staf yang akrab disapa Ifan.
“Saya ingin merasakan shalat berjamaah di Masjid Mujahidin Pontianak. Ayo jangan sampai telat,” ucap Zulmansyah Sekedang tatkala turun dari kendaraan yang saya kemudikan.
Romansa persahabatan Sekjen Sayid Iskandar, Kabid Organisasi Zulmansyah dan Direktur UKW Firdaus Komar itu terekam rapi beberapa jam sebelum kami pengurus PWI Kalimantan Barat dilantik setahun silam.
Setelah melaksanakan shalat, rombongan Zulmansyah dan Kundori meluncur ke kawasan Merapi, Pontianak Selatan. Tamu-tamu terhormat ini, kami bawa menikmati Kopi Asiang.
Di warung kopi legendaris Pontianak itu, kami saling bercerita dan bertukar informasi. Menariknya, Kundori dan Zulmansyah ternyata sama-sama alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Cocoklah Kanda dan Dinda ini. Mereka pun berfoto.
Asyik ngobrol sambil menyeruput kopi, tidak terasa waktu mendekati 07.00 pagi. Kami lantas mengajak mereka sarapan di kawasan Hijas sebelum kembali ke hotel, tempat acara pelantikan.
Tiba di hotel, saya dan Kundori bersama beberapa pengurus PWI Kalimantan Barat lanjut ke Bandara Internasional Supadio untuk menjemput Ketua Umum PWI Pusat, Hendry Ch Bangun.
Kami telat. Pesawat Ketum lebih dulu mendarat. Dari kejauhan Pak Hendry nampak berdiri sambil menjinjing tas hitam.
“Maaf kami telat Tum (Ketum, red),” kata Kundori seraya mengalungkan sal kepada Ketum Hendry Ch Bangun. Mengalungkan sal sebagai tanda tuan rumah menyambut tamu.
Setelah berbicara sebentar, rombongan kembali menuju hotel. Pak Hendry dan Kundori duduk di kursi tengah. Sementara saya di depan bersama sopir. Toyota Alpard yang kami tumpangi bergegas jalan diiringi Patroli Pengawalan (Patwal) dari Polda Kalbar.
Tiba di hotel, Sekjen Sayid Iskandar bersama Zulmansyah Sekedang telah menunggu di muka pintu utama. Tarian Melayu dan taburan beras kuning menyambut kedatangan Ketum Hendry Ch Bangun.
Gusti Yusri, Ketua Dewan Kehormatan PWI Provinsi Kalimantan Barat memasangkan Tanjak Melayu pada Hendry Ch Bangun sebagai penghormatan untuk tamu yang datang ke tanah Pontianak.
Seremoni selesai. Kami semua masuk ke ruang tunggu VIP. Romansa persahabatan para wartawan kembali terlihat. Ketum Hendry Ch Bangun, Sekjen Sayid Iskandar, Zulmansyah Sekedang asyik bercengkrama bersama pejabat setempat, termasuk Plt Bupati Mempawah.
Hingga tibalah waktu pelantikan. Zulmansyah Sekedang membacakan Surat Keputusan (SK) pelantikan Pengurus PWI Provinsi Kalimantan Barat Periode 2024-2029. Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun lantas menyerahkan bendera pataka untuk dikibarkan Kundori.
Di hotel, kala itu Ketum Hendry Ch Bangun dan Zulmansyah Sekedang juga terlihat aktif mengobrol. Seperti orang yang sedang rapat. Seingat saya, setelah melantik kami, Pak Hendry langsung kembali ke Jakarta bersama Sekjen Sayid Iskandar.
Ketum Hendry dan Sekjen Sayid buru-buru meninggalkan Pontianak lantaran ada pengurus PWI Pusat yang meninggal dunia. Tapi saya lupa nama yang wafat. Sementara Zulmansyah tetap di Pontianak dan berencana pulang esok harinya.
Malam pun tiba. Saya, Kundori dan Jauhari mengajak Zulmansyah, Firdaus Komar serta Ifan untuk menyantap aneka hidangan laut di restoran Abang Kepiting. Ikan-ikan dan seafood kami pesan.
Setelah menikmati beragam makanan di atas meja. Kami pun kembali ke hotel. Namun sebelum itu, kami singgah ke apotek. Rupanya, Abangda Zulmansyah tak bisa makan seafood. Alergi. Ia pun membeli obat untuk meredakan alergi.
Momen-momen ini terekam jelas sebelum kisruh internal PWI Pusat. Sehingga membuat Ketua Umum Hendry Ch Bangun dan Zulmansyah Sekedang bersitegang.
Sebelum pulang, saya sempat duduk di kursi teras hotel bersama Abangda Zulmansyah. Obrolan kami terhenti sejenak. Mantan Ketua PWI Riau ini fokus melihat smartphonenya. Rupanya ia sedang membaca berita soal Ketum Hendry memberhentikan sejumlah pengurus Dewan Kehormatan PWI Pusat.
“Aduh, kenapa Bang Hendry melakukan ini. Pasti ribut setelah ini, Saya yakin jadi masalah di kemudian hari,” ucap Zulmansyah mengomentari berita yang ia baca.
Sejak itu saya berkesimpulan Zulmansyah adalah pendukung Pak Hendry. Karena reaksinya itu. Tapi saya tidak menyangka sepulang dari Pontianak, Ketum Hendry dan Abangda Zulmansyah malah “berperang”. Apa yang terjadi? Entahlah. Wallahualam Bissawab.
Jadi, yang perlu saya sampaikan. Hubungan Kundori dan Zulmansyah baik-baik saja. Bilamana ada informasi soal Zulmansyah memecat Kundori, itu tidak benar.
Saya yakin 1.000 persen Zulmansyah tidak pernah berpikir untuk menyingkirkan Kundori. Belum ada sejarah anak HMI saling menjatuhkan. Yang ada hanyalah Yakusa. Yakin Usaha Sampai. (*)